Perkembangan Bayi 7 Bulan

Bayi pada usia ini biasanya sudah bisa duduk dan ia akan lebih banyak menghabiskan hari-harinya dalam posisi ini. Bahkan kebanyakan bayi berusia 7 bulan sudah bisa duduk dengan tanpa ditopang sama sekali.

Namun demikian, Anda tetap harus mengawasinya dengan baik ketika ia duduk, sebab terkadang ia akan kehilangan keseimbangan dan terjerembab ke lantai. Ada baiknya jika ia didudukkan di tempat yang agak empuk tapi solid, atau Anda juga bisa meletakkan bantal-bantal di belakangnya untuk berjaga-jaga.

Jika ia melihat benda-benda menarik yang berada dalam jangkauannya, ia akan mencoba untuk meraihnya. Bahkan jika ia sedang dalam posisi duduk, maka ia akan mulai menyondongkan tubuhnya ke depan. Tahap selanjutnya, ia akan berlutut sambil bertopang dengan kedua tangannya. Perkembangan ini merupakan kemajuan yang sangat baik dan akan menjadi “modal” bagi si bayi untuk merangkak.

Bayi Belum Bisa Merangkak? Tidak Perlu Khawatir…

Perlu Anda ketahui, para ahli menganggap bahwa “merangkak” itu sendiri BUKAN merupakan suatu pencapaian yang harus dilalui oleh setiap bayi. Makanya, jangan heran kalau ada bayi yang bisa berjalan TANPA sebelumnya bisa merangkak terlebih dahulu. Bayi seperti ini melewatkan fase merangkak. Bahkan sebagian bayi ada juga yang baru bisa merangkak menjelang usia 1 tahun.

Yang merupakan sebuah pencapaian adalah melihat benda-benda yang berada di luar jangkauan si bayi dan berusaha untuk mendapatkannya. Apabila bayi Anda sudah menunjukkan “gejala” ini, berarti ia sedang memperbaiki perkembangan kognitif dan motoriknya.

Dalam usahanya mengambil benda yang berada di luar jangkauan, si bayi mungkin akan merayap di atas perutnya, ada juga yang sambil dalam posisi duduk beringsut-ingsut di atas pantatnya menghampiri benda tadi, ada pula yang merangkak, bahkan sebagian kecil bayi ada yang mencoba berdiri tegak dan berjalan untuk berusaha mengambil benda tersebut. Semua ini bisa terjadi pada usia 7 bulan…

Amankan Rumah Anda

Karena pada tahap ini bayi Anda normalnya sudah memiliki mobilitas yang tinggi dan sudah mulai “merambah” ke seputar rumah, maka pastikan Anda membuat rumah Anda aman untuknya. Diantara hal yang bisa Anda lakukan:

- Tutuplah stop kontak yang mungkin terjangkau oleh bayi Anda

- Tutupi ujung-ujung tajam yang terdapat pada meubel di rumah Anda yang dapat terjangkau olehnya

- Perhatikan kalau ada bagian meubel yang rusak yang bisa membahayakannya

- Berikan semacam pagar pendek pada mulut tangga yang ada di rumah Anda

Baca juga: Keamanan rumah untuk bayi

Gelisah Menghadapi Orang Asing

Pada rentang usia 6-12 bulan, bayi biasanya akan menimbulkan reaksi negatif jika bertemu dengan orang asing. Kondisi ini bisa dikenal dengan istilah Stranger Anxiety. Biasanya dia akan rewel, berulah, atau bahkan menangis jika bertemu dengan orang-orang yang tidak dikenalnya. Ini merupakan proses yang normal, karena pada usia ini bayi sudah mulai mengenal dengan baik siapa-siapa orang yang dekat dengannya dan siapa yang tidak.

Kalau bayi Anda tiba-tiba menangis ketika bertemu dengan orang yang asing baginya, maka Anda tidak perlu memarahinya. Bahkan ada sebagian orang tua yang “menyalahkan” bayinya dengan mengatakan kepada orang tersebut, “Waduh, maaf ya Bu… si Halsa memang suka bertingkah kalau ketemu orang baru!”. Ini merupakan pendekatan yang kurang tepat lho!

Yang seharusnya Anda lakukan adalah menghibur bayi Anda. Anda bisa mengatakan, “Halsa, ini kan Paman Ahmad… Paman Ahmad pengen sekali ketemu dengan Halsa…”. Jika ia masih belum mau dekat, maka jangan dipaksa. Nantinya, dengan melihat keakraban Anda dengan “si orang asing”, bayi Anda pun akan merasa aman dengan kehadirannya.

Susah Berpisah

Bayi pada tahap ini juga sudah mulai “lengket” dengan ibunya dan susah berpisah. Cara mengatasi hal ini adalah dengan menumbuhkan rasa aman dan percaya si bayi pada orang-orang dekat Anda. Jika ia sudah mulai dekat dengan Bibinya, misalnya, maka coba Anda tinggalkan mereka sebentar. Namun, pastikan Anda “berpamitan” dulu kepada si kecil. Jangan pernah menyelinap pergi tanpa memberitahu bayi Anda. Dengan demikian, Anda melatih bayi Anda untuk memiliki percaya diri.

Terakhir, ingatlah… setiap bayi memiliki perkembangan yang UNIK - termasuk bayi Anda! Jika bayi Anda ternyata perkembangannya pada usia ini tidak sama persis dengan apa yang kami jelaskan di atas, maka jangan terburu-buru panik… Kecuali jika memang Anda merasa bahwa perkembangannya amat sangat lambat dan mulai mengkhawatirkan, kami sarankan Anda untuk berkonsultasi dengan Dokter Anak Anda…

(repost from tipsbayi.com)

Main yuk...

Saat ini bima usianya sudah 6 bulan dan ternyata bayi 6 bulan itu sudah tanggap terhadap lingkungannya loh... dan bayi 6 bulan pun sudah punya keinginan untuk bermain, berikut permainan yang mendidik, murah, dan sederhana.


- Milailah memperkenalkan panggilan sikecil kepada ayah dan bundanya, pada tahap ini penting untuk mulai mengajarkan kepada si kecil.

- Ajak sikecil bermain ciluk ba... tutup wajah anda dengan kain atau handuk si kecil dan katakan "ciluukk.... ba..." anak akan merespon dengan tersenyum atau bahkan tertawa, tapi jangan terlalu mengagetkan sikecil.

- tunjuklah bibirnya dan katakan "bibir", begitu juga dengan bagian tubuh lainnya

- Sembunyikan sebagian benda atau mainannya di bawah selimut atau secarik kain. Biarkan ada bagian yang menonjol keluar. Biarkan bayi Anda menarik benda tersebut keluar dan belajar menyingkapkan selimutnya sendiri.

- Masukkan berbagai macam tutup botol ke dalam kotak sepatu. Tutup-tutup botol tersebut bisa berbeda ukuran, asal jangan ada yang tajam. Ulurkan tangan Anda ke dalam kotak sepatu kemudian ambil tutup yang ada satu persatu. Tunjukkan perlakuan ini di depan bayi Anda. Setelah beberapa kali melihat, biasanya si bayi akan meniru kelakuan Anda tersebut.

Itulah sebagian kecil permainan yang bima suka, kreasikan lagi permainan2 lainnya dan ingat ya bun...

Permainan mendidik tidak harus mahal. Permainan mahal pun tidak selamanya mendidik.


Pentingnya Imunisasi

IMUNISASI saat ini sudah menjadi hal yang wajib untuk diberikan kepada bayi Anda, apalagi pemerintah juga sangat mendukung dengan mencanangkan program pemberian imunisasi dasar lengkap secara gratis. Oleh karena itu agar kita semakin paham dan mengerti pentingnya imunisasi, silahkan simak artikel berikut ini ...

Mengapa anak perlu imunisasi?

Karena usia anak-anak merupakan usia paling rentan terhadap berbagai virus dan penyakit. Maka dari itu, sejak dini anak perlu mendapatkan kekebalan tubuh melalui pemberian vaksin atau imunisasi untuk menghindari si kecil dari penyakit yang mungkin dapat mengakibatkan cacat bahkan kematian.

Bagaimana proses kekebalan itu sendiri terjadi?

Pada dasarnya kekebalan pada seseorang terbentuk dalam dua cara, yaitu kekebalan pasif dan kekebalan aktif. Pada kekebalan pasif, tubuh tidak membentuk sendiri kekebalan tubuhnya. Sedangkan pada kekebalan aktif, tubuh ikut berperan dalam membentuk kekebalan. Keduanya itu sendiri dapat berlangsung secara alami melalui dua cara, yaitu bawaan ataupun didapat dari luar.

Lalu, kekebalan seperti apa yang dimiliki bayi di bulan-bulan pertamanya?

Biasanya bayi usia 0 - 4 bulan, memiliki kekebalan pasif bawaan yang didapat pada zat antibodi yang diperoleh dari ibunya melalui plasenta. Karenanya, sampai usia 5 bulan, tubuh si kecil sanggup menahan serangan berbagai penyakit tertentu, seperti campak, difteri dan beberapa penyakit lainnya. Selain kekebalan pasif bawaan, si kecil juga bisa memperoleh kekebalan yang didapat melalui pemberian serum ke dalam tubuhnya, yang biasanya terjadi dalam waktu relatif singkat, yaitu sekitar 2 sampai 3 minggu. Serum ini biasanya diberikan untuk mencegah penyakit campak, tetanus dan lain-lain.

Lalu, bagaimana halnya dengan kekebalan aktif?

Kekebalan aktif juga bisa terjadi secara alami atau buatan. Keuntungannya, kekebalan aktif ini dapat berlangsung lama, meskipun baru dapat terbentuk 3 sampai 4 bulan setelah pemberian zat, karena tubuh membutuhkan waktu untuk membentuk zat anti dalam kadar tertentu untuk dapat menolak penyakit.

Imunisasi apa yang diperlukan si kecil usia 0 - 4 bulan?

Pada usia ini, ada beberapa imunisasi yang perlu diberikan secara bertahap, yaitu BCG, DPT, Polio dan Hepatitis B.

(Repost from bayisehat.com)

Perkembangan Bayi 6 Bulan

Memang sangat mudah untuk menyadari berbagai perkembangan fisik yang “besar”, seperti ketika bayi Anda pertama kali bisa duduk, berguling dan mengangkat tangannya tanda minta digendong. Namun sebenarnya banyak juga lho perkembangan fisik “kecil” yang terjadi saat bayi berusia 6 bulan…


Diantaranya, saat ini bayi sedang belajar menggunakan jari-jemarinya, baik untuk masing-masing jarinya, maupun dalam bentuk kerjasama antara satu jari dengan jari lainnya. Berikut beberapa hal yang bisa dilakukan si kecil dengan jari-jarinya:

- Memukul

- Menggenggam dan menggoyang-goyangkan berbagai benda

- Mengambil dan membawa mainannya ke mulutnya

- Mengambil benda-benda berukuran kecil menggunakan ibu jari dan telunjuknya/jari tengahnya

- Memindahkan benda dari satu tangan ke tangan lainnya

Penglihatan bayi Anda pada tahap ini sudah sangat baik dan dia sudah bisa melihat sebutir kacang di atas lantai yang terletak di seberang ruangan. Dengan koordinasi jari-jarinya yang membaik, Anda harus ekstra hati-hati, jangan sampai benda yang berceceran di lantai membuat si kecil tersedak…

Ingat, setiap bayi memiliki perkembangan yang unik. Sebagian bayi ada yang menunjukkan perkembangan motorik halus yang drastis, sebagian lebih terlihat menonjol dengan motorik kasarnya, ada bayi yang gesit dan sudah bisa merayap di atas perutnya pada tahap ini, sementara sebagian lagi lebih suka duduk diam dan mengamati apa yang terjadi di sekitarnya… setiap bayi adalah unik!

Alergi Terhadap Makanan

Sebagian Anda mungkin ada yang bayinya sudah atau baru mulai menerima MPASI (Makanan Pendamping ASI) pada tahap ini. Jika ya, maka perhatikan jika ada reaksi alergi dari si kecil terhadap makanan yang Anda berikan, terutama jika Anda atau keluarga Anda memiliki kelainan ini.

Hal pertama yang harus Anda perhatikan adalah tanda-tanda alergi terhadap makanan yang timbul pada bayi Anda, seperti:

- Sesak napas

- Hidung tersumbat

- Mata berair

- Bercak pada kulit

- Diare

Jika ini terjadi, maka sebaiknya Anda segera memeriksakannya ke dokter anak Anda.

Sebagai langkah aman, Anda bisa memberikan makanan yang memiliki resiko sangat kecil dalam menimbulkan alergi, seperti kentang manis dan sereal beras.

Hindari makanan yang sering menimbukan alergi seperti:

- Produk susu olahan

- Coklat

- Putih telur

- Kacang

- Kedelai

Satu hal lagi - jika memang bayi Anda terbukti secara medis alergi terhadap bahan makanan tertentu, pastikan Anda membaca label pada setiap makanan kemasan yang Anda beli untuknya!

5 Ways to Get Baby to Sleep at Night

Alter your room - and the light.

Many parents have heard about utilizing blackout shades in the nursery, but try putting them in your own room as well. You'll sleep better at night, later in the morning time, and doze more easily during the day while your infant is napping. Do a quick spa treatment.

Gentle touch.

Newborn infants who have a bedtime massage doze off faster and sleep more thoroughly than those who don't. Before bedtime, give your baby a 15-minute rub down using slow strokes, gentle pressure, and a baby-safe oil.

Breathe slowly.

One way to get into a calm mood during the night is to slow down your breathing. It sends your baby a signal to be calm. To pace yourself, use headphones to listen to music that's slower than your heartbeat (anything with fewer than 70 beats per minute, like a soft ballad), then breathe to the rhythm.

Utilize a bassinet.

A bassinet can be placed into your bedroom and may improve the quality of your infant's sleep. Infants are inclined to sleep better in bassinets partly because they feel safer and more enclosed there.

In the morning, bring in the light.

Once it's time to get up, move into bright light ASAP. Light exposure to tells your biological clock that you should be awake. This is true for both you and your baby. Head out for a stroll with your child or sit with her by a sunny window. It will energize both of you, and help you remember the one additional thing that's predictable about motherhood: regardless of how difficult the night shift is, the sun will arise tomorrow.

Tingkatkan IQ anak dengan berenang

HASIL penelitian di Melbourne, Australia, menunjukkan, secara statistis IQ anak-anak yang diajarkan berenang sejak bayi lebih tinggi ketimbang anak-anak yang tak diajarkan berenang atau diajarkan berenang setelah usia 5 tahun. Anak-anak tersebut diukur IQ-nya ketika mereka berusia 10 tahun. Tak hanya itu, pertumbuhan fisik, emosional dan sosialnya pun lebih baik.

Penelitian lain menunjukkan, bayi lebih gampang diajarkan berenang ketimbang orang dewasa, karena bayi tak pernah memiliki faktor X semisal bahaya. Bukankah bayi belum mengerti bahaya? Lagi pula, bayi sangat menyukai air sehingga ia pun akan suka diajak berenang. Nah, hal ini membuatnya jadi lebih mudah belajar berenang.

Selain itu, bayi baru lahir hingga usia 3 bulan bisa langsung nyemplung ke dalam air tanpa takut tenggelam, karena pada usia tersebut, ia memiliki refleks melangkah yang banyak kegunaannya untuk berenang. "Refleks melangkah merupakan salah satu refleks yang menyertai bayi seperti halnya refleks menggenggam dan refleks berjalan," jelas Dr. Karel Staa dari RS Pondok Indah, yang juga mantan perenang pemegang rekor 200 meter gaya dada pada 1960-1962.

Jadi, bila kita meletakkan bayi usia di bawah 3 bulan di dalam air, secara otomatis ia akan menggerak-gerakkan kakinya menyerupai paddle dog sehingga tak tenggelam. Bisa dikatakan, pada usia di bawah 3 bulan bayi sudah bisa berenang dengan gaya primitif. Bukan berarti setelah usia tersebut, bayi tak bisa berenang lagi, lo. Kendati refleksnya sudah menghilang, ia tetap bisa melakukan gerakan berenang walaupun tak terorganisir atau acak-acakan. Soalnya, dengan ada gaya gravitasi, ia merasa ditekan dari bawah air sehingga ia bisa mengambang. Ia pun jadi senang.

Apalagi sejak di perut ibu, bayi sebenarnya juga sudah berenang dalam air ketuban selama 9 bulan. Setelah lahir, kemampuannya berenang tinggal ditingkatkan saja. Bahkan, saking populernya berenang ini, di luar negeri sampai ada proses melahirkan yang dilakukan di dalam air, lo. "Secara medis, hal ini tak akan menimbulkan masalah karena merupakan proses alami." Jadi, tak ada alasan lagi untuk ragu-ragu mengajak si kecil berenang, ya, Bu-Pak.

HARUS AMAN

Yang penting diperhatikan, ketika berenang bayi harus merasa aman dan memang harus ada pengaman. Jadi, orang tua harus mendampinginya. Ini syarat mutlak, lo. "Jika orang tua sama-sama masuk ke dalam air dan sama-sama berenang dengan bayi, maka selain merasa aman, bayi pun bisa merasakan ada respon dari orang tua," tutur Karel.

Disamping, dengan orang tua mendampingi juga bisa bermain dengan bayi sehingga ada interaksi antar manusia. "Ini merupakan salah satu keunggulan berenang." Coba bandingkan kala bayi baru belajar duduk atau berjalan, apakah orang tua akan mendampingi dan melakukan gerakan yang sama terus menerus dengan anak? Kan, enggak. "Nah, berenang lain. Mereka sama-sama masuk air, sama-sama berenang sehingga rasa enjoy-nya lebih. Ini akan berguna untuk perkembangan psikologis anak." Itulah mengapa, kedua orang tua sebaiknya ikut bersama bermain di dalam air.

Tentunya, berenang juga berguna untuk pertumbuhan. "Motoriknya berkembang lebih pesat ketimbang ia hanya bermain di lantai." Bukankah saat berenang, semua otot bekerja? Nah, kalau di lantai, hanya otot-otot tertentu saja yang bekerja. Apalagi jika ibu memberikan baby walker sehingga bayi jadi terbiasa berjalan dengan alat itu. Akhirnya, gerakan-gerakan ototnya jadi terbatas karena hanya otot-otot tertentu saja yang bekerja.

PERHATIKAN KEBERSIHAN AIR

Nah, kini Ibu-Bapak semakin mantap, kan, mengajak si kecil berenang? Tapi berenangnya di rumah saja, ya, kalau usia si kecil masih di bawah 6 bulan, agar bisa mengontrol kebersihan dan suhu airnya. Jangan lupa, di usia ini enzim pencernaan bayi belum matang. Jadi, kalau ia secara tak sengaja menelan air yang tak bersih kala berenang, bisa mengakibatkan mencret, muntah, dan sebagainya.

Bukan berarti di rumah harus ada kolam renang, lo. Toh, banyak benda yang bisa dijadikan sebagai pengganti kolam renang seperti bak mandi, ember besar, bathtub, dan lainnya. Nah, biasakan bayi bermain di situ. "Sebenarnya, ketika bayi tengah mandi atau bermain air merupakan salah satu cara mengenali atau menghayati air pada anak," tutur Karel.

Setelah bayi berusia 6 bulan ke atas barulah bawa ia ke kolam renang terbuka atau umum. "Tapi harus pilih, ya. Mungkin di Indonesia masih sulit karena kita, kan, enggak punya kolam berenang khusus bayi. Bahkan kebanyakan kolam renang di Jakarta, air yang dipakai itu-itu saja, muter saja di situ. Diputarnya pakai mesin lalu ditambahkan kaporit dan daun-daun atau kotorannya diangkat; sebulan sekali baru diganti." Hal ini dikarenakan sulitnya sumber air di Jakarta. Lain dengan di kota pegunungan seperti Bogor dan Cibodas, "mereka memiliki kolam renang yang airnya mengalir".

Jadi, bila mau membawa bayi berenang di kolam renang umum, pilih waktu yang tepat, yaitu ketika kolam renang masih dalam keadaan bersih; biasanya di waktu pagi. "Suhunya juga harus disesuaikan, sebaiknya jangan lebih dari 31 atau 32 derajat celcius." Khusus untuk bayi usia satu bulan pertama, suhunya 34-35 derajat celcius.

Kebersihan lain yang harus diperhatikan ialah kaporitnya, "jangan terlalu jenuh, karena kaporit bisa mengakibatkan iritasi kulit, mata, dan lainnya." Ukuran kaporit yang ditetapkan untuk anak adalah 6-8 ppm. Hati-hati, lo, Bu-Pak, jika bayi sudah merasa trauma karena matanya perih, misal, selanjutnya akan jadi kendala.

UNTUK REKREASI

Yang perlu diingat, jangan sampai orang tua mengajak bayi berenang untuk mengejar prestasi karena tujuan utamanya adalah rekreasi. Beberapa asosiasi kedokteran anak di luar negeri malah mengatakan, berenang pada anak usia di bawah 4 tahun jangan dijadikan tujuan untuk mengejar prestasi. Di atas usia itu barulah orang tua bisa mengajarkan gaya-gaya berenang yang ditargetkan untuk prestasi.

Dalam bahasa lain, bayi berenang hanya untuk fun. "Mulai usia setahun bolehlah diarahkan pada prestasi, tapi tidak dengan cara ditekan," ujar Karel. Misal, setiap hari harus berenang 50 meter bolak-balik. Soalnya, di usia tersebut ia baru bisa mengikuti gerakan-gerakan renang yang dilakukan orang tuanya. Sama halnya dengan bayi usia setahun yang suka marah-marah karena melihat orang tuanya yang suka marah-marah, begitu pula berenang. "Kalau orang tua suka berenang dengan gaya yang cukup baik maka ia pun akan mengikuti."

Jadi, ajak si kecil berenang untuk kesehatannya lebih dulu, ya, Bu-Pak. Soal gaya renang akan mengikuti secara otomatis bila ia sudah menyukainya. Jangan lupa, ketika mendampinginya, Ibu-Bapak juga harus fun, lo, bukan lantaran terpaksa.

(repost from bayisehat.com)